Pegertian permainan, manfaat bermain, jenis-jenis bermain dan hakikat permainan

Image result for filsafat

Latar belakang masalah
Pentingnya bermain bagi kepribadian telah diakui secara universal, karena merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, baik bagi anak maupun orang dewasa.melalui bermain, anak akan belajar mengenai banyak hal dan melalui bermain keterampilan anak-anak akan berkembang, yaitu dalam asfek fisik, motorik, kognitif, social serta emosinya. Oleh karena itu  pentingnya bermain sebagai kegiatan alamiah pada masa kanak-kanak dan sebagai alat untuk belajar. Mengapa demikian? Karena melalui bermain anak-anak dapat merangsang penginderaan mereka, belajar bagaimana menggunakan otot-otot tubuhnya, mengkoordinasikan penglihatan dengan gerakannya, meguasai tubuhnya dan memperoleh keterampilan baru.
Namun, dengan mempertimbangkan pengakuan pentingya bermain, tampaknya sungguh susah bahwa masih ada yang sering mempertanyakan atau memerlukan pembenaran mengenai pentingnya bermain bagi seorang anak. Sementara anak tidak perlu membuktikan mengapa ia perlu bernafas atau makan, kebutuhannya akan bergerak dan bermain sering dipertanyakan oleh orang dewasa yang percaya bahwa belajar atau berkembang merupakan suatu transformasi yang tidak ada kaitannya dengan bermain. Kontroversi mengenai pentingnya bermain atau peranan khusus bermain dapat timbul disebabkan oleh cara-cara yang berbeda dalam mengartikannya. Apakah sebetulnya bermain itu?
Tujuan dibuatnya makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Filsafat Olahraga” adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para orang tua tentang pentingnya bermain dan manfaat bermain pada anak. Selain itu dengan adanya makalah ini diharapkan dengan mengetahui serta memahami segala suatu yang berhubungan dengan bermain maka para guru mampu menerapkan di lapangan atau pada saat mengajar anak-anak yang mengikuti program di TK. Proses pembelajaran yang dilakukan sambil bermain dan terarah akan memberikan hasil yang optimal dalam perkembangan anak sehingga tidak ada lagi keluhan bahwa anak TK sudah dibebani kegiatan belajar yang tidak proposional.

Pengertian permainan, manfaat bermain dan jenis-jenis bermain
PERMAINAN MENURUT PARA AHLI

Berkaitan dengan permainan Pellegrini dan Saracho, 1991 (dalam Wood, 1996: 3) permainan memiliki sifat sebagai berikut:
(1) permainan dimotivasi secara personal karena memberi rasa kepuasan,
(2) pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan) ketimbang pada tujuannya,
(3) aktivitas permainan dapat bersifat nonliteral,
(4) permainan bersifat bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar, dan aturan-aturan yang ada dapat dimotivasi oleh para pemainnya,
(5) permainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemainnya.

Menurut Framberg (dalam Berky, 1995) permainan merupakan aktivitas yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam bentuk pengandaian misalnya, bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna. Dalam hal ini permainan dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman menyenangkan atau mengasyikkan, bahkan ketika siswa terlibat dalam permainan secara serius dan menegangkan sifat sukarela dan motivasi datang dari dalam diri siswa sendiri secara spontan.





Menurut Hidayat (1980: 5) permainan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) adanya seperangkat peraturan yang eksplisit yang mesti dipatuhi oleh para pemain, (2) adanya tujuan yang harus dicapai pemain atau tugas yang mesti dilaksanakan.

Menurut Kimpraswil (dalam As’adi Muhammad, 2009: 26) menyatakan definisi permainan adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik.

Menurut Joan Freeman dan Utami Munandar (dalam Andang Ismail, 2009: 27) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.

Menurut beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan definisi permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.

1.      Manfaat Bermain dalam Perkembangan Fisik
            Salah satu ciri dari anak usia pra sekolah adalah seneng bergerak, dan secara fisik ia aktif seklai untuk beraktivitas. Melalui bermain maka ia dapat menyalurkan energi tubuhnya yang sedang senang bergerak sehingga ia pun memperoleh kepuasan dan tidak merasa dirinya dikekang. Dengan bergerak naik-turun tangga, berlarian di sekitar ruangan, jumpalitan, melompat, meloncat, meniti, bermain perosotan, bermain ayunan dan seterusnya maka otot-otot tubuhnya pun menjadi kuat dan tubuhnya menjadi sehat.
            Ada manfaat ganda yang diperoleh anak dari kegiatan fisik semacam ini, ia akan merasa lebih percaya diri karena mampu melakukan berbagai gerakan dan memudahkannya untuk berbaur dengan sesama anak. Batas dirinya dengan orang lain akan hilang karena anak-anak ini melakukan kegiatan yang menyenangkan, ia lupa bahwa anak yang baru dijumpainya di lokasi bermain adalah orang asing. Mereka akan tertawa bersama sambil bermain dan pertemanan pun akan berlanjut. Guru pun dapat memanfaatkan situasi ini sebagai upaya dalam melakukan pendekatan terhadap anak, maka sangatlah bijaksana bila guru mampu memahami kebutuhan anak-anak ini untuk bergerak bebas, apalagi setelah berjam-jam mereka harus duduk mengerjakan tugas di dalam kelas.



2.      Manfaat Bermain dalam Perkembangan Motorik
            Sumbangan bermain terhadap perkembangan motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus sudah sangat jelas. Bila kita perhatikan anak menjelang usia dua tahunan bermain dengan berlari-lari kecil maka selanjutnya di usia tiga tahunan anak tersebut sudah terampil berlari. Beda halnya dengan anak yang kurang diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas ini, gerakan berlarinya nampak canggung sekalipun usianya sudah tiga tahun. Hal ini berlaku pula dalam aktivitas lain yang membutuhkan gerakan motorik kasar, sperti melompat, meloncat, meniti dan berjumpalitan. Bila anak-anak diberi kesempatan untuk melakukannya, maka mereka akan lincah bergerak.
            Dalam hal perkembangan motorik halus, anak-anak dapat dilatih keterampilannya melalui berbagai aktivitas yang menunjang. Beberapa kegiatan yang menunjang antara lain mencoret-coret di kertas, yang akan berkembang menjadi coretan benang kusut, kemudian menjadi garis lurus, lengkung dan seterusnya. Sekalipun kematangan motorik mempunyai peranan besar tetapi tanpa latihan yang dilakukan melalui bermain maka perkembangan motorik tidak berkembang dengan pesat.

3.      Manfaat Bermain dalam Perkembangan Kognitif
            Asfek kognitif berkaitan dengan daya ingat, daya tangkap, daya memahami suatu informasi, pengetahuan yang dikuasai seseorang, daya nalar, daya analisis, daya imajinasi, dan daya cipta atau kreativitas (Reber, 1995). Melalui bermain anak akan belajar berbagai pengetahuan dan konsep dasar. Pengetahuan akan konsep-konsep ini jauh lebih mudah diperoleh melalui kegiatan bermain, sebab rentang waktu dan perhatian anak masih terbatas. Cara terbaik untuk dan yang paling tepat untuk memperkenalkan berbagai pengetahuan dan konsep dasar adalah melalui bermain. Misalnya untuk memperkenalkan konsep warna dilakukan sambil bermain melempar bola ke keranjang biru dan seterusnya. Daya cipta misalnya dapat dikembangkan melalui bermain konstruktif. Anak diminta untuk menyusun sejumlah balok atau kepingan-kepingan plastik untuk membentuk sesuatu atau menggambar berdasarkan imajinasinya.
            Pengetahuan alam sekitar dapat diperkenalkan melalui tumbuh-tumbuhan, hewan, serangga yang hidup di lingkungan anak. Sambil bermain di kebun atau di lapangan, mereka dapat memetik pengetahuan mengenai lingkungannya. Dengan demikian, anak dapat memperoleh pengetahuan tidak hanya dari buku yang dibacanya atau dari cerita guru di dalam kelas saja melainkan melalui pengalaman langsung dengan melihat, mengamati, mendengar, memegang, meraba dan mencium secaralangsung benda-benda tersebut.

4.      Manfaat Bermain dalam Perkembangan Bahasa
            Menurut Vygotsky (Owens, 1996) Bahasa merupakan faktor penting untuk dikuasai manusia karena perkembangan intelektual seorang anak terkait dengan bahasa. Bahasa membantu anak mengarahkan pikiran, menajamkan ingatan, melakukan kategorisasi, dan mempelajari hal-hal baru sehingga kemampuan berpikir anak semakin meningkat.
            Pada usia empat tahun diharapkan anak sudah dapat menggunakan lebih dari seribu kata dan di usia enam tahun menggunakan 2600 kata dan mampu memahami 20.000 kata (Owens, 1996). Sejak usia satu setengah tahun anak dapat mempelajari sekitar 9 kata baru setiap harinya (Rice dalam Papalia et all., 2004). Kriteria tersebut tidak berlaku mutlak, tetapi dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam membantu perkembangan bahasa pada anak.
            Penguasaan kosa kata dan kemampuan berbicara diperoleh dari interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya. Teman sebaya merupakan agen penting bagi anak untuk mengembangkan kemampuan bahasanya yang pada umumya di dapat melalui kegiatan bermain. Bermain bersama-sama  dengan teman akan memberikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi satu sama lain, kosa kata serta pengetahuan baru pun ia peroleh. Selain itu ada permainan yang mempunyai fungsi mengembangkan kemampuan bahasa, antara lain melalui buku cerita, bermain khayal, bermain kata-kata dan masih banyak lagi.
5.      Manfaat Bermain dalam Perkembangan Sosial
            Di usia pra sekolah, anak perlu belajar dengan orang tua atau pengasuhnya. Perpisahan dengan orang tua, atau pengasuhnya tidak akan begitu dirasakan oleh anak bila dilakukan dalam situasi bermain yang menyenangkan hatinya. Sebaliknya, melalui bermain pula, anak akan semakin mahir bersosialisasi dengan orang lain dan teman-teman sebayanya. Bersosialisasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat berbaur dengan orang lain, menyesuaikan diri dengan kegiatan dan kebiasaan kelompok, dan dengan segala macam orang yang memiliki karakterisatik unik. Anak pun belajar untuk berbagi dengan sesama teman, menunggu giliran sehingga ia belajar untuk bersabar diri. Kemampuan memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan kehidupan anakpun akan ia temukan. Misalnya bagaimana ia harus mencari upaya agar barang yang menjadi miliknya tidak dirampas begitu saja oleh anak lain dan sebaliknya. Bagaimana aturan permainan harus dibuat agar pertengkaran dapat dihindari. Melalui bermain ia akan belajar berkomunikasi dengan sesama teman, baik dalam hal mengemukakan pikiran, pendapat, perasaannya, maupun memahami apa yang disampaikan oleh teman sehingga hubungan dapat terbina dan anak-anak saling bertukar informasi.
6.      Manfaat Bermain dalam Perkembangan Emosi dan Kepribadian
            Bermain merupakan suatu kegiatan yang sudah ada dengan sendirinya pada setiap anak dan menjadi kebutuhan mereka. Melalui bermain anak dapat melepaskannya ketegangan-ketegangan yang diambiulnya karena banyaknya larangan yang harus ia hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sekaligus ia dapat memenuhi kebutuhan dan dorongan dari dalam diri yang tidak mungkin terpuaskan dalam kehidupan nyata sehingga setidaknya akan membuat anak merasa lega serta rileks.
            Dari kegiatan bermain bersama teman maka ia dapat menilai dirinya sendiri. Apa yang menjadi kelebihannya sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri yang positif, yaitu mempunyai rasa percaya diri dan harga diri. Anak akan belajar bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku agar dapat bekerja sama dengan orang lain, bersikap jujur, murah hati, tulus dan sebagainya.
            Menurut Papalia et al, secara garis besar kegiatan bermain pada anak usia 4 – 6 tahun dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu bermain fungsional, bermain konstruktif dan bermain khayal. Pengelompokkan ini didasarkan atas kompleksitas perkembangan kognitif seseorang.
a.       Bermain fungsional
                        Bermain fungsional sudah dimulai pada usia bayi dan merupakan bentuk bermain yang paling sederhana bila ditinjau dari tingkat perkembangan kognitif Piaget (tahap sensorimotor), yang dimaksud dengan bermain fungsional adalah kegiatan bermain yang ditandai dengan gerakan otot(mascular) yang berulang-ulang. Menurut Jonhson et.al.(1999) kegiatan bermain semacam ini disebut sebagai motor play karena membutuhkan keterampilan motor atau fisik untuk melakukannya misalnya menggelindingkan atau memantulkan bola ke lantai. Setelah keterampilan motorik kasar anak bertambah baik maka anak-anak usia pra sekolah akan melakukan gerakan berlari-larian, melompat, meloncat, melempar, menendang, memanjat, meniti, berdiri di atas satu kaki atau melompat dengan satu kaki, mengendarai sepeda roda dua, dan sebagainya. Selain aktivitas yang membutuhkan otot kasar (motorik kasar), anak-anak pun akan mengembangkan kemampuan halusnya (motorik halus).
                        Berdasarkan pengertian bermain fungsional maka aktivitas bermain ini akan menambah kekuatan fisik, otot tubuh dan keterampilan motorik kasar. Secara tidak lansung kegiatan ini akan berdampak pada perkembangan kepribadian anak. Karena anak merasa mampu melakukan berbagai macam gerakan, ia menjadi lebih percaya diri dan tidak canggung-canggung untuk melibatkan diri dalam kegiatan bermain bersama dengan teman sebaya. Bermain fungsional merupakan dasar dari kemampuan berolahraga yang bisa ditekuni anak di kemudian hari.
b.       Bermain konstruktif
                        Ditinjau dari kompleksitas perkembangan kognitif, bermain konstruktif adalah kegiatan bermain yang lebih kompleks dibandingkan bermain fungsional (Papalia. et.al., 2004). Bermain konstruktif adalah kegiatan bermain yang menggunakn objek atau bahan tertentu untuk membentuk sesuatu misalnya, membangun rumah-rumahan dari balok-balok atau kardus bekas, menggambar, melukis, membentuk lilin mainan ataupun play dough, dan sebagainya. Menurut Jonhson (Papalia et.al., 2004) anak usia 4 tahun yang berada di TK ataupun tempat penitipan anak menghabiskan lebih dari separuh waktunya untuk melakukan kegiatan semacam ini dan kegiatannya semakin terelaborasi pada anak usia 5 – 6 tahun.
                        Kegiatan bermain konstruktif merangsang kreativitas serta imajinasi anak, ia harus dapat membayangkan bentuk yang akan dibuat, cita rasa seni pun dibutuhkan sehingga hasilnya enak dilihat. Keterampilan motorik halus pun akan terasah melalui aktiviytas ini. Ketekunan serta konsentrasi juga diperlukan sehingga kegiatan bermain konstruktif sangat sarat dengan berbagi manfaat. Mengingat kemampuan anak berkembang secara bertahap, tidaklah mengherankan bila hasil karyanya terlihat belum indah di mata orang dewasa. Yang penting anak mau mencoba dan menikmati kegiatan bermain konstruktif. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan jenis ini, yaitu sebagai berikut :
1).   Anak perlu diberi kesempatan untuk mau melakukannya. Mengingat setiap anak adalah unit maka sangat besar kemungkinannya ada anak yang kurang menyukai kegiatan bermain konstruktif. Maka tugas orang dewasalah untuk dengan sabar membujuk dan menggiring anak agar mau melakukannya.
2).   Mengingat perkembangan kognitif anak berada pada tahap praoperasional dengan ciri egosentris maka sangat dimungkinkan hasil karya anak bila ditinjau dari bentuknya tidak atau kurang sesuai dengan tema yang ia sebutkan. Misalnya bangunan yang dibentuk ari balok-balok disebut oleh anak sebagi roket, padahal bentuknya sama sekali tidak sesuai. Gambar mobil yang sudah dibuatnya dengan susah payah tiba-tiba dicoret-coret dengan warna hitam dengan alasan “mobilnya terbakar”. Kondisi ini harus ditanggapi secara positif dan anak tidak patut dipersalahkan. Orang dewasa harus melihanya dari kaca mata anak. Yang penting anak menikmati kegiatannya dan merasa puas serta bahagia karena jerih payahnya dihargai oleh orang lain.
3).   Ada anak yang unggul dalam jenis kegiatan bermain yang satu tetapi kurang unggul dalam kegiatan bermain jenis lainnya.
c.       Bermain destruktif
                        Anak bereksperimen dengan benda-benda yang diperlakukan secara destruktif, yaitu melempar, memecahkan, menendang, menyobek-nyobek, atau membanting sesuatu. Suara dari sesuatu yang runtuh, roboh, jatuh, pecah, dan sebagainya memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi anak. Ia akan menyusun suatu menara dan merobuhkannya kembali. Ia dapat merusak sesuatu karena ingin tahu bagaimana sesuatu bekerja. Kadang-kadang anak merusak sesuatu tanpa niat untuk merusaknya. Misalnya menggunting rambut boneka, karena ia sendiri bari saja dipotong rambutnya. Tentu saja permaina destruktif ini tidak selalu bisa ditolerir orang dewasa, namun orang tua sebaiknya berusaha memahami tingkah laku anak.
d.      Bermain kreatif
                        Bermain kreatif dapat mengikuti tahap bersksperimen dengan material untuk membuat benda-benda. Dalam bermain kreatif, anak menggunakn imajinasinya, pikirannya, dan pertimbangannya untuk mencipta sesuatu, atau membuat kombinasi-kombinasi baru dari komponen-komponen alat permainan (misalnya pada permainan lego atau Lasy) atau menggunakan bahan-bahan yang tidak terpakai lagi (daur ulang) dengan material yang tersedia, ia menggambar, melukis, membuat pola-pola sebagi ungkapan perasaannya. Apa yang diciptakan seorang anak mungkin tidak jelas bagi orang dewasa; hanya anak dapat menjelaskannya sendiri.
Tujuan Bermain
            Bermain merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak, meliputi dunia fisik, sosial, dan komunikasi, Diana Mutiah (2010:146). Kegiatan bermain memengaruhi enam aspek perkembangan anak meliputi : aspek kognisi, sosial, emosional, komunikasi, kesadaran diri, dan keterampilan motorik Catron dan Allen, Diana Mutiah (2010:146).
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, Diana Mutiah (2010:92). Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak.
Menurut Vygotsky dalam buku Psikologi Bermain anak Usia Dini. Diana Mutiah (2010:146), bermain akan memengaruhi perkembangan anak melalui tiga cara, yaitu bermain dapat menciptakan suatu kemampuan yang potensial pada anak kepada kemampuan yang aktual, memfasilitasi separasi (pemisahan) pikiran dari objek dan aksi, dan mengembangkan penguasaan diri. Adapun tujuan bermain menurut Diana Mutiah (2010 : 146) ditinjau dari aspek perkembangan dapat dioptimalkan, antara lain adalah :
a. Bermain untuk Pengembangan Kognisi Anak.
1). Bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan
Anak-anak tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondisi yang terisolasi, melainkan melalui interaksi dengan orang lain Bredekamp dan Coople. Diana Mutiah (2010:149)
2). Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
Proses ini terjadi ketika anak bermain peran dan bermain pura-pura. Vigotsky (Diana Mutiah 2010:148) menjelaskan bahwa anak sebenarnya belum berpikir abstrak. Makna dan objek masih berbaur menjadi satu. Ketika anak bermain telepon-teleponan, anak belajar bagaimana memahami perspektif orang lain, menemukan strategi bermain bersama orang lain, dan memecahkan masalah.
3). Bermain mendorong anak untuk berpikir kreatif
Bermain mendukung tumbuhnya pikiran kreatif, karena dalam bermain anak memilih sendiri kegiatan yang mereka sukai belajar membuat identifikasi tentang banyak hal, belajar menikmati proses sebuah kegiatan, belajar mengontrol diri mereka sendiri dan belajar mengenali makna sosial dan keberadaan diri di antara teman sebaya.
b. Bermain untuk Pengembangan Sosial-Emosional
1). Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan menyelesaikan masalah. Anak-anak yang bermain mesti berpikir tentang bagaimana mengorganisasi materi sesuai dengan tujuan mereka bermain. Anak-anak yang bermain “dokter-dokteran“. Misalnya, harus berpikir di mana ruang dokter, apa yang digunakan sebagai stetoskop anak juga akan memikirkan tugas dokter dan mempertimbangkan materi-materi tertentu, seperti warna, ukuran, dan bentuk agar sesuai dengan karakteristik dokter yang diperankan. Selama bermain itu, menurut Catron dan Allen Diana Mutiah (2010:149), anak menemukan pengalaman baru, manipulasi benda dan alat-alat, berinteraksi dengan anak lain, dan mulai menyusun pengetahuan tentang dunia.
2). Bermain meningkatkan kompetensi sosial anak
Menurut Catron dan Allen dalam buku yang sama, bermain mendukung perkembangan sosialisasi, seperti : interaksi sosial, kerjasama, menghemat sumber daya dan peduli terhdap orang lain.
3). Bermain membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa takut.
Suatu studi melaporkan adanya reaksi sekelompok anak setelah menyaksikan kecelakaan di taman bermain dan mendeskripsikan bagaimana melampiaskan tekanan itu melalui bermain, Brown, dkk dalam brewer. Diana Mutiah ( 2010:150). Anak-anak dalam kelompok yang berbeda, tetapi setiap kelompok mengungkapkan ketakutan mereka dan mencoba membebaskan melalui permainan ”rumah sakit-rumah sakitan“ atau permainan lain yang menceritakan orang yang kesakitan.
c. Bermain untuk Pengembangan Motorik
1). Bermain membantu anak mengontrol gerak motorik kasar anak.
Melalui bermain, dapat mengontrol motorik kasar. Pada saat bermain itulah, mereka dapat mempraktikan semua gerakan motorik kasar seperti berlari, melompat, meloncat. Anak-anak terdorong untuk mengangkat, membawa, berjalan atau meloncat, berputar, dan beralih respon untuk irama.
2). Bermain membantu anak menguasai keterampilan motorik halus.
Melalui bermain anak dapat mempraktikan keterampilan motorik halus mereka seperti menjahit, menata puzzle, memaku paku ke papan, mengecat.
d. Bermain untuk Pengembangan Bahasa / Komunikasi.
1). Bermain membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Bermain menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, mereka saling berbicara, mengeluarkan pendapat, bernegosiasi, dan menemukan jalan tengah bagi setiap persoalan yang muncul. Terlebih-lebih dalam bermain peran memiliki manfaat yang sangat besar terutama untuk menunjang perkembangan bahasa dan berbahasa anak. Bahkan bermain peran memiliki andil yang besar bagi perkembangan kognitif, emosi, dan sosial anak Bredekamp dan Coople (Diana Mutiah 2010:152).
2). Bermain menyediakan konteks yang aman dan memotivasi anak belajar bahasa kedua.
Bermain juga menyediakan konteks yang aman dan memotovasi anak untuk belajar bahasa kedua Heart dalam Bredekamp dan Coople (Diana Mutiah 2010:152), karena pada saat bermain, anak-anak mempraktikan serpihan-serpihan bahasa lain, seperti “Hello, how are you ? (Hallo, apa kabarmu)“ Oleh karena itu serpihan-serpihan bahasa memberi efek kebanggaan, anak-anak semakin terpacu untuk menambah kosakata bahasa kedua tersebut.
Hakikat permainan
·         Permainan adalah kegiatatn yang palig murni, yang paling spiritual dari manusia.karena permainan memberikan kesenangan, kebebasan,kepuasan, ketengangan lahir batin dan perdamaian dengan dunia.(Froebel)
·         Tidak ada yang bermanfaat dan tidak ada kebenaran yang hakiki selain kriteria pesona yang ada dalam permainan dan kesenangan yang diperolehnya. ( Plato )

Bagaimana menyediakan fasilitas yang tepat untuk bermain
            Hal ini meliputi pokok-pokok sebagai berikut :
·         Situasi sosial: kesempatan untuk belajar dari anak-anak lain dengan berbagi pengalaman dengan mereka.
·         Bahan permainan: mencakup bahan-bahan alamiah (pasir, air, tanah liat dan sebagainya), balok-balok dan alat permainan konstruktif, alat-alat musik,alat-alat rumah tangga, alat-alat permainan yang besar, seperti ayunan atau luncuran.
·         Obyek-obyek yang merangsang alat-alat indra: penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencecapan.
·         Media cetak dan elektronik: buku, peta, ensiklopedia, kaset, film, alat pemotret, dan sebagainya.
·         Kejadian-kejadian, seperti mengunjungi kebun binatang, taman safari, kantor pos, dan pasar swalayan.
·         Suasana dan iklim di mana anak merasa bebas untuk bereksplorasi dan belajar melalui kegiatan bermain, yang didukung orang dewasa.

BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
            Bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh baik fisik, intelektual, sosial moral dan emosioanl. Bermain mempunyai manfaat besar bagi perkembangan anak, diantaranya dalam perkembangan fisik, perkembangan motorik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan kepribadian. Agar terciptanya bermain dan belajar kreatif tentunya peran oran tua sangat berpengaruh selain peran guru. Disamping itu para guru atau orang tua perlu menyediakan fasilitas yang tepatuntuk bermain diantaranya dengan memperhatikan beberapa pokok yaitu: situasi sosial, bahan permainan, obyek-obyek yang merangsang alat indra, media cetak dan elektronik, suasana dan iklim.

B. Saran
            Beberapa saran yang dapat diberikan :
1.       Orang tua perlu diberi informasi tentang pentinya bermain dan makna alat permainan.
2.       Orang tua perlu mengetahui pilihan alat permainan yang tepat dan sesuai dengan umur anak.
3.       Orang tua dapat dilibatkan dalam pembuatan atau produksi alat permainan yang edukatif dan kreatif.
4.       Orang tua dapat dilatih untuk membuat sendiri alat permainan yang sederhana dari bahan-bahan alam Indonesia.

C.DAFTAR PUSTAKA
http://tentang permainan.com/2008/06/permainan-menurut-para-ahli.html

0 Response to "Pegertian permainan, manfaat bermain, jenis-jenis bermain dan hakikat permainan"

Post a Comment

Komentar dengan bijak sesuai topik ! :*